Yuli Permatasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pergilah cinta

Pergilah cinta

Bagian kedua

Menyesal rasanya Rania tidak memperhatikan kartu nama yang diberikan Reza. Seandainya dia membaca kartu nama itu sebelum memasukkannya asal ke dalam tas tentu dia lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi wawancara yang dihadiri CEO perusahaan Hommy. Syukurlah ia dapat menjawab setiap pertanyaan dengan penuh percaya diri dan mendapat anggukan kagum dari kepala HRD dan ucapan selamat bergabung dari CEO tampan itu.

Rania memperhatikan wajah dan penampilannya di depan cermin rias yang memantulkan bayangan tubuhnya dari kepala hingga kaki. Riasan wajah yang natural, jilbab dan tunik dengan warna senada ditambah celana kulot hitam. Tidak mencolok dan tidak memalukan juga untuk tampilan seorang karyawan baru. Untuk melengkapi tampilannya Rania mengenakan tas kerja dan sepatu pansus hitam. Cantik. Begitu kata Talia rekan satu timnya ketika Rania menghenyakkan tubuhnya di kursi kerja.

Hari pertama bekerja Rania langsung mengikuti rapat bersama seluruh tim desain gambar. Ada dua tim interior dan eksterior dengan anggota masing-masing tim tiga orang. Rapat dipimpin langsung oleh Reza. Kesan pertama yang Rania dapatkan tentang Reza adalah seorang pemimpin yang tegas, lugas, memiliki semangat kerja tinggi, dan loyal terhadap seluruh karyawan. Ada getaran aneh di relung hati Rania ketika Reza memberikan instruksi kepada timnya. Rania ditugaskan memimpin timnya untuk mendesain ruangan pertemuan sebuah hotel berbintang lima. Sebuah proyek besar. Reza memberikan waktu kepada tim Rania selama seminggu. Gambar harus dipresentasikan sepuluh hari lagi.

"Pak Reza akan marah kalau tim kita sampai gagal membuat desain. Apalagi hasilnya mengecewakan. Bisa dipecat kita." Talia tim desain gambar yang telah lama bergabung di Hommy menjelaskan pada Rania.

"Asal kita serius dan bekerja dengan solid aku yakin kita pasti bisa." Rania meyakinkan Talia dan juga dirinya sendiri.

"Bos, hari ini ulang tahun pernikahan bos. Apa jadwal bos hari ini harus saya kosongkan?" Sekretaris Reza menyambut Reza ketika keluar dari ruangan Rapat.

Rania yang berdiri tak jauh dari Reza dapat mendengar pertanyaan itu. Ada gurat kecewa di hati Rania. Ternyata bosnya telah menikah. Cepat diusirnya rasa kecewa itu. Tak seharusnya ia menaruh perasaan lebih kepada orang yang beru ia kenal. ApalgAp itu adalah bosnya sendiri. Rania menarik napas dalam-dalam mengisi paru-parunya dengan udara secara rakus lalu menghembuskannya perlahan. Bongkahan kecewa di dadanya melayang oeudatak bersama hembusan nafasnya.

"Astaghfirullah" berulang kali Rania beristigfar dalam hatinya. Rasa ini tak boleh merusak kinerjanya. Karirnya baru dimulai. Jangan sampai gagal karena perasaan sendiri. Rania tersenyum mengayunkan kaki menuju ruang kerjanya kembali.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih admin

06 Jul
Balas



search

New Post